Pembangunan Sekolah Hijau yang nantinya juga merupakan Rumah Produksi sedang dalam proses pembangunan. Bangunan dengan luas 100 m2 tersebut dibangun dengan anggaran total Rp 139 juta, dengan masa pengerjaan selama 30 hari. Waktu 30 hari atau satu bulan, merupakah waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan membangun sebuah rumah yang memakan waktu hingga enam bulan. Butuh semangat yang lebih dari sekedar membangun bangunan biasa. Desa Sungai Rambut membangun lebih dari hitungan matematis, anggaran jumlah hari kerja dan upah yang didapatkan. Masyarakat Desa Sungai Rambut yang terkenal sejak sebelum tahun 2000an sebagai desa yang kuat semangat gotong royongnya. Desa Sungai Rambut pada era tersebut menjadi juara umum desa bersih dan rapih. Hingga pada saat Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin menjabat, Desa Sungai Rambut mendapat perhatian khusus karena capaian tersebut dan beberapa kali berkunjung ke Desa. Walaupun semengat tersebut sempat meredup pada setelah tahun 2000an, akan tetapi masih ada bibit-bibit gotong royong terutama pada Kader Hijau Desa Sungai Rambut.
Harapan masyarakat muncul pada saat KEMALA hadir pada akhir tahun 2016, dengan program PLTS yang dibawa. Pembangunan masyarakat melalui sekolah hijau belum ditangkap secara jelas oleh masyarakat, sehingga pada saat ada perubahan skema pada awal tahun 2017, masyarakat banyak yang kecewa. Akan tetapi melihat adanya proses yang positif dari program KEMALA melalui Kader Hijau, harapan kembali muncul. Kampanye Hijau dengan tema Ayo Gotong Royong menjadi moment kembalinya kepercayaan kepada KEMALA. Pelatihan yang diadakan dari awal tahun sampai saat ini serta program tindak lanjut lainnya menjadi perhatian khusus saat ini di Desa Sungai Rambut. Pembangunan Sekolah Hijau saat ini mendapatkan hasilnya, dimana masyarakat pun menaruh harapan yang besar menjadi rumah produksi dan pusat pembelajaran bagi masyarakat (community learning centre).
Kader Hijau sebagai motor penggerak merupakan kunci dari kembalinya kepercayaan terhadap KEMALA. Beberapa kali mereka dengan sukarela bergotong royong dalam pembangunan. Hal ini tetap dilakukan walaupun sudah ada tukang yang bekerja setiap harinya. Selain Kader Hijau, masyarakat sekitar pun ikut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut. Salah satu contohnya adalah pada saat material bangunan berupa kayu datang dan waktu menunjukkan hampir tengah malam sekitar jam 23.00 WIB tanggal 02 Oktober 2017. Beberapa Kader Hijau segera menuju lokasi material kayu yaitu di tepian Sungai Batanghari. Waktu tersebut adalah waktu untuk istirahat, akan tetapi digunakan untuk mengakut kayu dari Sungai Batanghari menuju lokasi Pembangunan Sekolah Hijau yang berjarak sekitar 200 meter. Satu Kayu yang beratnya lebih dari 100 kg karena terendam air, dibawa oleh dua orang. Satu persatu kayu diangkut dari sungai, dan dibawa ke lokasi pembangunan. Sekitar satu setengah jam proses pengangkutan selesai, sekitar pukul 00.30 WIB. Sebelum pulang, terlebih dahulu berkumpul untuk istirahat dengan kopi dan makanan seadanya mereka melepas penat dengan obrolan ringan sampai pukul 01.30 WIB baru pulang untuk beristirahat ke rumah masing-masing. Bekerja dengan sistem gotong royong, apa lagi pada tengah malam sampai dini hari tanpa adanya upah, merupakan cermin besarnya semangat warga masyarakat Desa Sungai Rambut terhadap cita-cita pembangunan Sekolah Hijau.