Koperasi Platform: Agenda Perjuangan Koperasi di Era Digital

Sleman – Kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan manusia dalam banyak hal. Internet kini mulai menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi antar manusia. Begitu pula dengan perkembangan industri yang kini menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Bermunculannya berbagai platform bisnis digital seperti toko dan ojek daring menjadi salah satu penanda dimulainya industri 4.0. Pemanfaatan Teknologi Informasi menjadi syarat mutlak bagi bisnis untuk berkembang.

Lantas, bagaimana koperasi yang dianggap kuno dapat bertahan dan berkembang di era industri 4.0 ini?

Melalui seminar bertema Koperasi Platform (Rabu 10/7/19), Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) Universitas Gadjah Mada mencoba menjawab tantangan industri 4.0 bagi perkembangan koperasi. Seminar yang diselenggarakan di Auditorium Mubyarto, Gedung Magister Ekonomika Pembangunan UGM menghadirkan Narasumber dari akademisi dan praktisi ekonomi digital. Ketiga narasumber itu ialah: Dr Revrisond Baswir MBA  (akademisi dan ahli ekonomi kerakyatan), Prasetyo Anggoro (Pendiri Sekolah Data Sains/SADASA), dan Warih Aji Pamungkas (Pendiri Librario). Jalannya acara dipandu oleh Awan Santosa, SE., M.Sc. yang juga akademisi dan ahli ekonomi kerakyatan selaku moderator

Perkembangan industri dan koperasi menjadi pengantar dengan latarbelakang sejarah kesenjangan sosial akibat Revolusi Industri pada tahun 1770 di Inggris. Kesenjangan tinggi antara buruh dan pemilik modal memunculkan ide membuat usaha yang dilandasi semangat kebersamaan. Hingga pada akhirnya pada tahun 1844 didirikanlah Koperasi modern pertama di kota Rochdale, Inggris. Sejak keberhasilan Koperasi Rochdale banyak bermunculan koperasi di seluruh dunia hingga sekarang.

Dosen FEB UGM Dr Revrisond Baswir MBA yang biasa disapa dengan Sony menjelaskan perkembangan koperasi di Indonesia dari sejak diperkenalkan oleh Bung Hatta hingga sekarang. Secara legal, Koperasi Indonesia dikuatkan dengan UUD 1945 Pasal 33 yang mencantumkan dasar demokrasi ekonomi. Perekonomian Indonesia disusun atas azas kekeluargaan dan bangunan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Menurut Bung Hatta paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat yang kolektif dan berakar pada adat istiadat asli tetapi dapat ditumbuhkan sesuai dengan tuntutan jaman modern. Selanjutnya, Sony menceritakan tentang kemajuan teknologi saat ini yang memungkinkan setiap aktivitas manusia terpantau melalui internet. Kumpulan aktivitas dan perilaku manusia yang terekam menjadi sumber informasi yang jika diolah dapat mendatangkan keuntungan yang besar. Perkembangan ini kemudian memunculkan “surveillance capitalism” yang melakukan komodifikasi terhadap data perilaku manusia yang kini dapat diperoleh dengan sangat mudah. Jadi saat ini kebanyakan manusia dieksploitasi perilakunya untuk kepentingan para pemodal. Koperasi Platform menjadi solusi terhadap eksploitasi informasi personal tersebut. Idenya adalah dengan membuat platform digital yang setiap penggunanya dapat mengontrol data yang terkumpul.

Sementara itu Prasetyo Anggoro yang merupakan salah satu pendiri dari SADASA, sebagai praktisi di bisnis TI, menekankan pentingnya data yang saat ini menjadi “emas baru”. Anggoro juga bercerita tentang pengalamannya dalam mengelola SADASA yang kini berusaha untuk mandiri tanpa bantuan dana investor. Menurutnya, keberadaan investor dalam bisnis startup hanya akan menjadikan pengelolanya sebagai sapi perah. Dia juga menambahkan bahwa yang terpenting dalam startup bukanlah seberapa besar valuasi bisnisnya melainkan pengembangan talenta digital. Semakin banyak talenta digital, makin banyak pula platform digital yang bisa dilahirkan. Cerita yang tidak kalah menarik disampaikan oleh Warih Aji Pamungkas tentang Librario yang memfasilitasi kebutuhan pinjam meminjam buku. Aji menjelaskan bahwa usaha mereka ini tidak mengejar keuntungan besar. Sistem usahanya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diaplikasikan di berbagai tempat tanpa harus ada ikatan bisnis dengan Librario.

Seminar tentang Koperasi Platform ini dihadiri peserta yang berasal dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, akademisi, praktisi, dan perwakilan pemerintah daerah. Peserta juga aktif dalam sesi tanya jawab. Salah seorang penanya berasal dari Dinas Koperasi dan UKM DIY menyatakan bahwa dia terinspirasi dari seminar ini untuk program tahun 2020 yakni menjadikan DIY menjadi daerah percontohan koperasi di Indonesia.

Topik tentang koperasi platform ini memang terbilang baru. Usaha koperasi yang dikenal kaku dan kuno ternyata dapat dijalankan mengikuti perkembangan jaman. Koperasi bukanlah sekadar usaha simpan pinjam atau perkumpulan orangtua. Namun dilihat dari prinsip-prinsipnya, koperasi  dapat terwujud dalam usaha yang lebih luas. Melalui keterangannya, kedua narasumber telah menerapkan beberapa prinsip koperasi seperti: kemandirian, pendidikan untuk anggota, dan kepedulian terhadap masyarakat dalam menjalankan usahanya. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian pegiat startup yang memiliki semangat berkooperasi. Jadi bukan tidak mungkin nantinya koperasi yang dianggap kuno dapat menjadi koperasi yang kekinian. (Widodo)

 

Materi Seminar:

Materi 1 Dr Revrisond Baswir MBA FEB UGM – Koperasi Platform

Materi 2 Prasetyo Anggoro Sekolah Data Sains [SADASA] – Digital Innovating Engagement

Materi 3 Warih Aji Pamungkas – Librario

Share This Post

Rilis Terbaru

Informasi dan Kerja sama

Silakan menghubungi tim kami melalui: